Minggu, 06 Februari 2011

..NO WAY.. [FF] -part 3-

[-]

"mianhae, oppa.." aku memberanikan diri untuk berbicara denganya.

"gwenchana, seung." ah, dia terlihat marah.

"besok valentine, seung ingin mengajak oppa ke suatu tempat. bisakah ?"

"ya, tentu. kau sudah baikan ? mau kusuapi lagi ?"

"ah, tidak perlu. kau bisa pergi, oppa."

"ne, annyeong."



aku mengepalkan tangan, ingin kuhajar diriku sendiri. bodoh, bodoh, bodoh. kenapa aku tak bisa bilang kalau aku cinta padanya ? kenapa aku terlalu pasif ? kenapa terlalu gampang untuk membuatnya pergi ? kenapa tak pernah bisa mencegahnya pergi ? kenapa ??

"oppa ! jangan pergi, kumohon.."

aku mengejarnya sampai di depan rumah. lalu kupeluk cepat tubuhnya.

"seung--"

"untuk kali ini, kumohon jangan tinggalkan aku. kumohon perbolehkan aku melarangmu pergi, saat ini saja."

"......."

kurasakan air mataku turun, membasahi belakang bajunya. tapi aku tak peduli, pelukanku semakin erat padanya. aku tak ingin melepasnya, walau hanya untuk saat ini.

[-]

"seunghee sayang, bangun. hari ini valentine !!"

aku mengucek mataku, dan tersenyum melihat Key yang sudah berpakaian rapi.

"ayo, katamu kau mau mengajakku ke suatu tempat ? aku sudah siap ^^"

"ah, iya. kau tunggu saja oppa, aku tak akan lama." kataku sambil mendorongnya keluar dari kamar.

"yah.. aku kan ingin menunggumu di kamar saja." aku mengernyitkan dahi. sejak kapan dia begini ?

"aish, oppa. tunggu saja di ruang makan. aku tak akan lama."

"ah, ne ne. aku akan menunggumu."

[-]

aku sedang berusaha mengaitkan bra saat tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu. aish, kenapa susah sekali sih ? apa mungkin karena masih baru ? ah, siapa lagi yang mengetuk ? oppa ?

"seunghee ? apa kau baik-baik saja ? kenapa lama sekali ?"

aku mendesah. kalau begini bagaimana ?
tanpa berpikir panjang, kubuka kenop pintu perlahan, dan menariknya masuk.

"seu..ng.."

"sst, oppa. tolong aku, susah sekali mengaitkanya."

aku melihat semu merah di wajah Key, aish...

"n-ne.." katanya sambil mengaitkan bra-ku dengan cepat. kenapa jadi terlihat sangat mudah ?

"gomawo, oppa." kataku. ia masih menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan.

"seung, bolehkah aku.. memelukmu saat ini ?" aku menoleh kearahnya. eeh ? apa dia--

tanpa menunggu jawaban dariku, ia bergerak maju dan memelukku dari belakang. aku sedikit menggelinjang saat ia menempelkan wajahnya pada tengkukku. dan saat itu juga, aku berharap....

tuhan, jangan pisahkan kami.

[-]

semua yang berwarna pink sudah menghiasi jalanan. coklat dengan pita pink, kado-kado manis berbentuk pink, dan semua atribut pink.

"sebenarnya kau ingin mengajakku kemana ?" tanyanya sambil menggandeng tanganku.

"aku ingin kita ke namsan." jawabku mantap.

"oh ya ? baiklah, ayo kita berlari agar cepat sampai sana. aku tak ingin keduluan banyak orang."

"ahaha.. baiklah, ayo."

lalu kami berlari-lari, tetap dengan tanganku berada di genggamanya.

[-]

aku berharap malaikatku tak meninggalkanku. aku berharap tuhan tak memisahkan kami. aku berharap suatu saat nanti, aku bisa memilikinya.

"kau mau menulis apa ?" tanyanya sambil melirik gembok milikku.

"rahasia. sudah, kau urus punyamu saja, oppa." jawabku cepat. aku bingung apa yang ingin kutulis. banyak sekali harapan untuk hubungan kami.

"aku sudah selesai !" katanya sambil memamerkan tulisan gemboknya.

"aku juga. ayo pasang." kataku sambil mencari tempat yang longgar.

"ah, disana. ayo !" serunya tiba-tiba. aku hanya menurut saja saat tanganya menarik tanganku.

"ya, semoga permintaan kita terkabulkan."

drrrt..drrrt..drrt..

"yeoboseyo..."

aku tak tertarik dengan topik pembicaraan-nya di telpon, dan mulai menjelajahi beberapa sudut.

"kau tak bisa membatalkanya, Key.."

Key ? suara itu.. suara Min Gi ? tapi oppa, baru saja ditelpon... aish !

"tapi aku tak bisa. aku.. aku sudah terlanjur menyayangi-nya."

"tapi kau juga bisa menyayangi-nya walaupun sudah menikah denganku."

"tapi aku tak bisa, Min Gi. tolong jangan paksa aku untuk mengatakan 'ya'."

"jadi kau ingin meninggalkanku ?"

"ya, aku harus meninggalkanmu."

"baiklah.. cium aku."

aku terkesiap. benar, itu Min Gi dan namja-nya adalah Key. kenapa bisa ? aaah.. mencium gadis itu ?

aku mengintip mereka. Min Gi mendekat, dan makin dekat. kulihat oppa juga tidak menolak, tetapi juga tidak mendekat. kenapa ia tak menolak ? hatiku benar-benar sakit sekarang. jarak mereka semakin dekat, semua tatapan menuju ke satu titik, yaitu dua sejoli itu. kau tahu bagaimana rasanya menjadi aku ? miris, miris sekali melihat suami-nya hendak dicium oleh seorang gadis, dan ia tak menolak.

"stop, aku tak ingin SeungHee tahu." akhirnya ia menahan bahu gadis itu.

"teruskan saja, aku sudah disini sejak 10 menit yang lalu." kataku dingin.

"lihat, apa kubilang ? istrimu saja menyuruhmu untuk terus, kenapa kau menghentikanya ?" Key menatap Min Gi dengan tajam. aku bergidik melihat raut mukanya yang menyeramkan itu. dan sekarang ia malah bergerak mendekatiku. semua tatapan sekarang menuju ke aku dan oppa.

hening sekali. aku hanya bisa mendengar suara langkah oppa saja.

lalu dengan gerakan cepat, ia mendekatkan dirinya . ia merengkuhku agar tak ada jarak diantara kami, sejurus kemudian ia berhasil menempelkan bibirnya pada bibirku dengan sempurna. mengecupku dengan lembut.

[-]

"kenapa kau menciumku dihadapan banyak orang ?" aku bertanya. malam ini kami-untuk pertama kalinya- bercengkarama di balkon. dengan tanganya yang melingkar di pinggangku, dan kepalaku yang menyandar ke dada bidangnya.

"hanya satu hal yang ada di otakku saat itu."

"apa itu, oppa ?"

"aku ingin semua tahu, di hari valentine ini, aku ingin mencium istriku, bukan tunanganku. dan ternyata aku berhasil. kau seharusnya mengucapkan selamat padaku, Seung !"

kubalikkan badanku, tersenyum bangga padanya. lalu kujinjitkan kakiku, mengecup bibirnya dengan lembut pula, sama dengan saat ia mengecupku di namsan tower.

"apa cuman ini ? kita kan bisa berbuat lebih !"

[-] END [-]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar